Kamis, 05 Juni 2014

B*MA Bakery? Ngga deh..

Postingan ini bukan untuk menjelek-jelekkan suatu pihak, akan tetapi sebagai bahan introspeksi bagi mereka yg menjalankan usahanya sebagai pedagang, atau bahkan sebagai introspeksi bagi pembeli dan saya sendiri khususnya.

4 Juni 2014
Pagi itu, aku dan suami dimintai tolong oleh si kakak untuk membeli putih telur di sebuah pabrik bakery di Kota Malang. Karena memang jaraknya dekat dari rumah, juga saat itu kakak harus mengawasi ujian SMA di sekolahnya. Biasanya sih memang kakak yang pergi membeli putih telur untuk produksi risol kami. (Detail bagaimana suamiku dan kakaknya sekarang membuka usaha baru nanti deh aku ceritakan ^^).
Dengan langkah penuh semangat pagi itu sekitar jam setengah 9 aku dan suami sudah sampai di pabrik Bakery yang bangunannya seperti benteng tersebut (wajar sih..). Melihat sekeliling, ada sekat yang memisahkan antara halaman pabrik dan taman sang pemilik rumah rupanya. Tampak asri dan sejuk. Kemudian suami terlebih dahulu memasuki kantornya, kemudian aku menyusul. Kantornya agak kotor mengingat bahwa disitu merupakan sebuah pabrik "Bakery", ada 1 meja dan 1 kursi saja saat itu. Aku melihat sekeliling, gelap. Jika bukan karena sinar matahari yang masuk lewat jendela, pasti sudah seperti gudang deh.. Suamiku sudah terlebih dahulu duduk di kursi kecil begitu aku masuk menyusulnya.
"Lho mana pegawainya?" tanyaku
"Masih ke dalam" jawab suamiku sambil melihat sekeliling.
Tak lama kemudian pintu bagian dalam kantor itu dibuka, seorang wanita putih, cantik, dan berwajah oriental muncul dari balik pintu bersama dengan seorang pegawai berkulit coklat memakai celemek di belakangnya.
"Ya ada apa mas?" tanya wanita oriental itu kepada suamiku.
"Mau beli putih telur"
"Berapa?"
"Adanya berapa?"
"Lho butuhe piro wis ngono ae" (wanita oriental itu mulai menggunakan bahasa Jawa dalam percakapannya dengan suamiku dan tampak pada raut wajahnya yang ogah-ogahan melayani)
"10 kilo ada?" tanya suamiku masih dengan nada sopan dan lembut.
"Lho kok akeh banget, yo paling ga onok lek sakmono" katanya
"Buat apa sih mas?" tanyanya lagi sambil menghentakkan kakinya dan memberi isyarat pada pegawainya untuk segera masuk ke dalam.
"Dari bu Nanda, biasanya juga beli disini kok."
"Oh.." sahutnya, kemudian tanpa ba bi bu, dia langsung menutup pintu bagian dalam tersebut dan meNGUNCINYA. Tentu saja aku mendengarnya, suara kunci pintu yang menggema di ruangan yang sepi itu.
"Lha udah kayak maling aja pake dikunci" kataku pelan. Aku sudah mulai kesal saat itu dengan perlakuan wanita oriental yang sok tak butuh itu. Ya memang sih, mereka tidak memakai bagian putih telur dalam membuat roti/kue mereka dan biasanya ada banyak orang yang membelinya dengan harga murah di pabrik ini dibandingkan dengan tempat-tempat lain.
Begitu pintu bagian dalam ditutup, suamiku dan aku menganggap pegawainya paling tidak akan mengambilkan pesanan kami. Lamaaa kami menunggu. 10 menit berlalu, 20 menit berlalu, hingga pukul 9 lebih aku mulai gelisah,
"Kok lama sih mas?" tanyaku pada suamiku, mengingat hanya ada satu kursi disitu. Jadi kami bergantian menempati kursi tersebut. Suamiku hanya mengangkat bahunya. Tidak tahu.
"Diambilkan ngga sih?" tanyaku lagi.
"Lha ya itu, aku juga ngga yakin ini emang ngga ada atau masih diambilkan" jawabnya.
Tak lama kemudian terdengar suara pintu bagian dalam dibuka, aku dan suamiku kontan menoleh. Salah satu pegawai keluar dengan membawa kresek bening yang dalamnya semacam rantang. Aku mengernyit. Kok rantang? Dan rantang itu diletakkan di atas meja kantor.
"Mbak!" seruku memanggil pegawai tersebut dengan suara agak keras (kesel juga sih dianggurin lama kayak gini -.-)
Boro-boro pegawai itu menghampiriku dan berkata "sebentar ya", menoleh pun tidak!
Astaghfirullaah..rasanya kepingin berteriak di hadapan kantor bakery itu. Seperti ini kah kalian memperlakukan tamu?! Kami bukan pengemis kok, kami mau beli. Ampun deh. Hingga suamiku yg superrr sabar itu pun mengajak pergi,
"Ayowes pergi ae.." katanya sambil beranjak menuju parkiran motor. Kami pun pergi dari pabrik kue menyebalkan itu, tanpa pamit. (Emang mau pamit ke siapa? huff)
"Bilang sebentar kek, atau ngga ada stok kek, atau apa lah biar kita tau ada ngga sebenernya pesenan kita itu!" rutukku di tengah jalan.
Mood ku pagi itu rusak gara-gara pabrik bakery yang pelayanannya payah! Heran, apa seperti itu mereka memperlakukan tamu mereka? Ya tau sih penampilan kami kere, apa berdasarkan itu mereka menilai dan memperlakukan kami? Astaghfirullaah... aku hanya bisa istighfar dalam hati dan mengelus dada.
"Udah beli di tempat lain aja, mending mahal dikit daripada kesitu lagi makan ati lagi ntar" batinku. Berjanji tidak akan pernah ke pabrik bakery itu. Pelayanannya NOL. Ngga pegawai, ngga pemilik nya dengan wajah oriental nya yang khas, semua sama aja ngga punya adab.
Omong-omong, yang punya putih telur ngga kepake baik dikit maupun banyak, mau dong. Kita beli kok, ngga minta :p hehe..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar